by jamz739

Slides
11 slides

Program Peminatan Implementasi Kurikulum 2013

Published May 16, 2013 in Education
Direct Link :

Program Peminatan Implementasi Kurikulum 2013... Read more

Oleh: Akur Sudianto

Read less


Comments

comments powered by Disqus

Presentation Slides & Transcript

Presentation Slides & Transcript

PROGRAM PEMINATAN SEBAGAI ANTISIPASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Oleh : Akur Sudianto Copyr ight 2013 Akur Sudianto. All Rights Reserved. www.akursudianto.com

2 Bimbingan & Konseling | www.akursudianto.co m Daftar Isi Pendahuluan ................................ ................................ ................................ ...... 3 Bimbingan dan Konseling di Sekolah ................................ ................................ . 4 Tes Bakat Skolastik ................................ ................................ ............................ 8 Tes Minat ................................ ................................ ................................ ........... 9 Penutup ................................ ................................ ................................ ............ 10

www.akursudianto.com | Bimbingan & Konseling 3 Pendahuluan Tahun 2013 jika pemerintah (Kemendikbud) jadi mengeluarkan dan memberlakukan Kurikulum 2013, maka pada tahun 2013 di setiap satuan pendidikan akan menjalankan 2 (dua) kurikulum sekaligus walaupun dalam jumlah sekolah yang terbatas. Kurikulum itu yakni KTSP dan Kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 dan IV SD/MI, kelas VII SMP/MTs, dan kelas X untuk ti ngkat menengah atas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikuatkan melalui Permendiknas No. 22 tahun 2006 yang dikenal sebagai Standar Isi, memuat 3 (tiga) hal pokok yakni Mata Pelajaran, Muatan Lokal dan Pengembangan Diri. Bimbingan dan Konse ling ditempatkan pada Pengembangan Diri sebagai Pelayanan Konseling bersama - sama dengan Kegiatan Ekstra Kurikuler. Sedangkan dalam draft kurikulum 2013 belum tampak/terlihat dimana letak Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan SMP/Mts kecuali disiar kan dalam bentuk peminatan, yang sampai dengan kegiatan kita hari ini belum dikuatkan dengan bentuk hukumnya yakni Permendikbud. Konseling, bukanlah ilmu mandiri. Konseling membutuhkan bantuan dari ilmu - ilmu yang lain baik Psikologi, Agama, Sosiologi Anthr opologi dan lain sebagainya untuk memberikan bantuan kepada konseli agar mampu berkembang secara optimal. Perkembangan yang optimal mengantarkan konseli menjadi pribadi yang mandiri dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Kemandirian inilah yang menjad i tujuan diberikannya layanan konseling kepada setiap konseli, secara pribadi, kelompok dengan berbagai jenis layanan.

4 Bimbingan & Konseling | www.akursudianto.co m B imbingan dan Konseling di Sekolah Menyimak perkembangan perjalanan BK di sekolah, dari nama sebutan hingga posisi di dalam kurikulum s enantiasa semakin mengkerucut kearah professional yg dapat disetarakan dengan profesi - profesi lainnya. 1. Kurikulum 1975, pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan berdasarkan/mengacu pada buku 3 c 2. Kurikulum 1984, l ebih dikenal dengan sebutan BK (Bimbingan Karir) karena pelaksanaan di dalam kelas kelas mengacu pada modul Bimbingan Karir yang meliputi (Nilai, Pemahaman Diri, Pemahaman Lingkungan, Merencanakan Masa Depan dan Mengatasi Hambatan) dan pada tahun 1990 an d ikembangkanlah Pola 17 yang kemudian disosialisasikan, dilatihkan untuk semua guru BK pada setiap satuan pendidikan. 3. KTSP, tahun 2006, pada pilar Pengembangan Diri terdapat Pelayanan Konseling. Juklak dan Juknis Pelayanan Konseling sesuai dengan KTSP telah dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum dan secara resmi dilaksanakan disetiap satuan pendidikan. Program Peminatan Fokus utama dalam kerangka kurikulum 2013 yang bukan mata pelajaran yakni adanya program peminatan yang dilaksanakan oleh guru BK/Konselor. Uraia n tentang minat dan bakat dalam kertas kerja ini dibatasi pada maksud minat dan bakat akademik. Merujuk dari banyak pendapat para ahli, sesungguhnya yang dimaksud dengan minat atau keinginan yakni kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penti ng pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi . Teori M inat Dalam kamus psikologi, Chaplin (1989) menyebutkan bahwa interes atau minat dapat diartikan sebagai: Suatu sikap yang berla ngsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu. mengarah pada tujuan yang pasti, aktivitas - aktivitas atau pengalaman yang menarik dari tiap indiv idu. Oleh karena itu, apabila individu atau seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka itu berarti ia telah menetapkan tujuan sebelumnya (Cuming, 1972). Sedangkan Crow and Crow mengidentifikasikan minat sebagai kekuatan yang mendorong seseorang memberi kan perhatian terhadap orang lain atau melakukan aktivitas tertentu.

www.akursudianto.com | Bimbingan & Konseling 5 Bakat merupakan suatu kemampuan spesifik yang memberikan individu suatu kondisi untuk memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui latihan dengan perkataan lain : bakat merupakan suatu konsistensi kerakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk menguasai suatu pengetahuan khusus, keterampilan atau serangkaian respon yang terorganisir atau kemampuan khusus yang berkemb ang secara istimewa atau menonjol dibandingkan dengan kemampuan - kemampuan yang lain. Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat. Teori bakat Guildford (Sunaryo, 2004) mengemukakan bahwa bakat bertalian dengan kecakapan untuk melakukan sesuatu. Guildford (Sunaryo, 2004) mengemukakan bahwa terdapat tiga dimensi yang terkandung dalam bakat, yaitu sebagai berikut: Dimensi perseptual, yaitu kemampuan di dalam melakukan persepsi yang mencakup kepekaan indra, perhatian, orientasi ruang dan waktu sert a kecepatan persepsi. Dimensi psikomotor, mencakup kekuatan, impuls, kecepatan gerak, kecermatan dan kordinasi. Dimensi intelektual, mencakup ingatan, pengenalan, berpikir dan evaluatif. Bakat merupakan suatu kemampuan spesifik yang memberikan individu suatu kondisi untuk memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui latihan. Untuk mengetahui minat dan bakat seseorang tidaklah dengan semata - mata dilihat dari apa yang diperbuat, melainkan harus dilakukan denga n cara pengukuran. Pengukuran yang lazim dipergunakan untuk ini yakni pengukuran psikologis. Tes Inteligensi Pengertian Intelektual / Intelegensi Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan peril aku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual . Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Deskripsi perkembangan fungsi - fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil lap oran berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test - retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial ( Standfor t revision benet test). Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsir kan anatara lain sebagai berikut : 1. Laju perkembangan Inteligensi pada masa anak - anak berlangsung sangat pesat,

6 Bimbingan & Konseling | www.akursudianto.co m 2. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis - jenis kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137 - 138). Bloom (1 964) melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinal, bahwa dengan berpatokankepada hasil test IQ dari masa - masa sebelumnya yang di tempuh oleh subyek yang sama, kita akan dapat melihat perkembangan prosentase taraf kematangan dan kemamppuannya sebagai ber ikut : a. Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20% - nya PENGERTIAN INTELIGENSI Menurut Alfred Binet (1857 - 1911) & Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah ar ah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism). Lewis Madison Terman pada tahun 1916 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. H. H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah - masalah yang akan datang. V.A.C. Henmon mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas d ua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. Baldwin pada tahun 1901 mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949) pada tahun 1913 mendefinisikan int eligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. George D. Stoddard pada tahun 1941 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah - masalah yang bercirikan mengandung kesukaran, kompleks, abstrak, ekonomis, diarahkan pada suatu tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya. Walters dan Gardber pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan - kemampuan yang memungkinkan individu meme cahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Flynn pada tahun 1987 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar adari pengalaman. David Wechsler , intelegensi adal ah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh k arena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

www.akursudianto.com | Bimbingan & Konseling 7 Orang seringkali menyamakan arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti intelegensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Skor IQ mula - mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental ( mental age ) dengan umur kronologik ( chronological age ). Bila kemampuan individ u dalam memecahkan persoalan - persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. skor ini kemudian dikalikan 10 0 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mengalami kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan. Tes IQ yang sering dipergunakan untuk meramalk an tingkat kecerdasan yakni Tes CPM, PM dan APM

8 Bimbingan & Konseling | www.akursudianto.co m Tes Bakat Skolastik Tes Bakat Skolastik (TBS) adalah sebuah tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan. Tes ini juga dapat mencerminkan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) seseorang. Tes bakat skolastik ini sebenarnya adalah adopsi dari tes SAT ( Scholastic Aptitude Test ) yang sudah menjadi standar ujian masuk Perguruan Tinggi di Amerika dan dunia. Di Indonesia, tes ini telah menjadi tes standar soal cpns (Calon Pegawai Negeri Sipil) dan ujian masuk Perguruan Tinggi, maupun tes penyaringan untuk keperluan lainnya. Tes Bakat Skolastik (TBS) ini juga dikenal dengan nama lain Tes Potensi Akademik (TPA). Meskipun keduanya sama, lebih banyak instansi yang justeru menggunakan istilah TPA daripada istilah TBS. Adapun, TBS atau TPA ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar. Tes bahasa berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata. Tes angka berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita. Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalar an dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram. Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya lo gika (imajinasi) ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini terdiri dari tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar dan tes identifikasi gambar.

www.akursudianto.com | Bimbingan & Konseling 9 Tes Minat Tes minat cenderung mengarah pada tes kecerdasan akad emis, yang mengarahkan siswa pada pilihan kemampuan akademiknya dan arah karir/jabatan. Tes bakat akan melihat kemampuan atau potensi kecerdasan umum siswa berupa kemampuan berpikir logis atau nalar, itu semua akan terukur. Kemampuan penalaran itu bisa diu kur lagi, apakah kemampuan nalar siswa lebih mengarah ke visual atau abstrak, apakah kelebihannya pada kemampuan matematika atau sosial. Tes minat - bakat juga bisa terukur kemampuan - kemampuan khusus siswa. Semisal, siswa memiliki kelebihan khusus di bidan g - bidang yang bersifat administratif atau sebaliknya yang membutuhkan kreatifitas tinggi. Hasil tes akan menggambarkan profil siswa yang bisa disesuaikan dengan kepribadiannya dan kemudian akan digabungkan kedua - duanya, semisal apakah siswa berkepribadian introvert atau extrovert , apakah siswa lebih suka bekerja sendiri atau lebih senang bekerja dengan orang lain, siswa cenderung menyukai rutinitas atau fleksibilitas. Dari penggabungan - pengabungan potensi umum dan khusus itulah bisa diperkirakan peminatan siswa ini akan ke mana," Intinya, setiap orang adalah the right person yang punya potensi unik masing - masing. Hanya, ada yang kemudian menjadi sukses atau tidak sukses. "Semua keputusan akhirnya akan dikembalikan pada siswa. Sukses itu karena kebetulan d alam perkembangannya siswa berada dalam kondisi yang disebut dengan the right place," "Untuk itu perlu dipastikan, bahwa siswa bisa mendapatkan the right place . Yaitu tempat di mana siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai bakat dan minatnya. Perlu dicamkan para orang tua, bahwa kecerdasan minat atau bakat belum tentu sama antara orang tuanya dan anaknya, maka, jika dipaksakan, hasilnya bisa ditebak sendiri,".

10 Bimbingan & Konseling | www.akursudianto.co m Penutup Jika benar program peminatan jadi dilaksanakan dalam kurikulum 2013, maka perana n guru BK sangatlah penting dan bahkan semakin perlu dalam kehidupan dunia persekolahan. Dengan pemanfaatan berbagai instrument yang terstandarisasi maka guru BK akan semakin mudah dalam memberikan pelayanan konseling kepada setiap asuhnya. Guru BK bertind ak sebagai fasilitator yang mengakomodir segala rekaman siswa asuh secara akademik sehingga siswa yang menjadi tanggungjawabnya mampu menentukan pilihan studi lanjutan sesuai dengan minat dan bakatnya. Oleh karena itu guru BK dituntut bekerja secara profes sional secara manajemen maupun pemberian konseling, walaupun pada akhirnya pilihan itu tetap ditentukan sendiri oleh siswa yang bersangkutan.

www.akursudianto.com | Bimbingan & Konseling 11 DAFTAR PUSTAKA Cronbach, L.J., 1984, Essentials of Psychological Testing , New York: Harper & Row Djoemadi, D., 1995, Tes Minat Jabatan (Program Pelatihan Sertifikasi Tes Bagi Konselor Pendidikan Kerjasama IPBI dan Ditjendikdasmen IKIP Malang) Joni, T.R. & Djoemadi, D., 1979, Penelitian Pengembangan Tes Bakat Okupasional (Laporan Proyek Penelitian Kerjasama Antara Bank Evaluasi IKIP Malang dan Ditjen Dikti, tidak diterbitkan) Munandir, 1995, Testing dalam Bimbingan Pemahaman Individu dan Konseling Pengambilan Keputusan (Program Pelatihan Sertifikasi Tes Bagi Konselor Pendidikan Kerjasama I PBI dan Ditjendikdasmen IKIP Malang) Pali, Marthen, 1995, Tes Matriks Progresif dan Tes Bakat Diferensial (Program Pelatihan Sertifikasi Tes Bagi Konselor Pendidikan Kerjasama IPBI dan Ditjendikdasmen IKIP Malang)